Kamis, 20 Maret 2008

Assalamu'alaikum

Hoei,,cah-cah santri gunung mujil,,kiye pelajaran nggo wong sing, nek digugah romo kyai,, munggah meng duwur truz turu maning,,ra isin pa karo tentara militer china sing muslim :

Salah seorang da’i duduk bersimpuh di depan seorang Syaikh, ia menceritakan pengalaman dakwahnya ketika bertugas bersama-sama dengan tentara China yang ditempatkan di Teluk, saat perang Teluk yang ke tiga.

Sang Syaikh menundukkan kepalanya dengan hidmat mendengarkan kisah da’i tersebut. Ia memulai ceritanya ketika sekelompok pasukan tentara China berada di Utara Mamlakah (Saudi), tentunya kami selaku du’at ilallah mengenalkan kepada mereka tentang ajaran Islam dan berusaha menyelamatkan mereka dari gelap-gulitanya kejahiliyahan kemusyrikan dan kedzaliman, dari penyembahan Budha, Kunfucius, dan bentuk berhala-berhala lainnya, berubah menjadi penyembah Allah Dzat yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.

Sungguh, Allah swt memberi pintu kemudahan dalam proses dakwah kami tersebut. Tidak sedikit dari mereka yang kembali pada Islam. Kami pun mengajarkan kepada mereka secara bertahap rukun-rukun Islam dan mengenalkan kewajiban-kewajiban yang lain.

Dengan sembunyi-sembunyi mereka melaksanakan shalat pada waktunya tanpa sepengetahuan komandan atau atasanya… akan tetapi mereka menghadapi kesulitan di dalam melaksanakan shalat subuh, ketika komandan mereka mengetahui bahwa sekelompok pasukan berkumpul dalam satu kemah, agar bisa saling membangunkan sehingga tidak kesiangan. Mereka dipaksa untuk berpisah satu dengan lainnya.

Masing-masing mereka membawa jam “beker” untuk membangunkan dari tidur mereka. Akan tetapi ketika mereka sudah terbangun sebelum waktu fajar untuk persiapan shalat shubuh di awal waktunya, mereka dihalang-halangi oleh komandan dan ditutuplah jendela dan pintu kemah mereka…

Sekonyong-konyong mereka menemukan cara unik untuk bisa bangun tidur dan beralasan..! Sang Syaikh tertegun memperhatikan wajah da’i yang di kelilingi pasukan lainnya. Da’i tadi meneruskan, “Masing-masing mereka merencanakan untuk minun air sebelum tidur dalam jumlah yang banyak, agar bisa bangun dan keluar ke WC. Di sana ia melihat jam tangannya, dan mengetahui kapan waktu shalat subuh masuk. Jika waktu shalat subuh sebentar lagi, ia menunggu dan langsung shalat, jika belum masuk waktu fajar, ia minum air sejumlah kadar tertentu… demikian sampai bisa terbangun ketika waktu subuh.

Dengan pengalaman berkali-kali itu, masing-masing mereka akhirnya mengetahui kadar minum air yang tepat untuk bisa bangun. Jadilah masing-masing mereka bisa menunaikan shalah subuh tepat waktu…

Sampai di sini, da’i tadi memandangi wajah sang Syaikh, ketika itu berderailah air mata beliau tanda haru.

“…Mereka baru masuk Islam, cinta di hati mereka demikian kuat, ada apa gerangan?! Ya, karena mereka sebelumnya tahu kejahiliyahan dengan segala kerusakannya. Kemudian mereka mengenal Islam, merasakan kebahagiaannya, oleh karena itu mereka semangat di dalam mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan mereka sehari-hari, meskipun kondisi serba sulit.

Di mana kita, wahai umat Islam, dibandingkan dengan mereka?!!

Bahkan di antara kita, sangat disayangkan meninggalkan shalat subuh sama sekali, meskipun mendengar kumandang adzan, saat kondisi normal, bahkan sangat dekat dengan masjid. (Ibnu Muhammad Ali)

Tidak ada komentar: